Baranewsjabar.online– Kabupaten Bandung–Bupati Bandung, Dadang Supriatna, menegaskan harapannya agar Lapangan Upakarti di Komplek Pemkab Bandung, Desa Pamekaran, Kecamatan Soreang, dapat berfungsi lebih maksimal. Lapang Upakarti, yang telah menjadi ikon Kabupaten Bandung, diharapkan tidak hanya sebagai lokasi upacara resmi, tetapi juga sebagai ruang publik, sarana olahraga, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Selama ini, Lapang Upakarti yang dibangun pada tahun 1990-an dirasakan belum maksimal. Oleh karena itu, kami akan memanfaatkan area ini lebih baik sebagai ruang terbuka hijau,” ujar Bupati Dadang saat Ground Breaking Pembangunan dan Penataan Kawasan Terpadu Lapangan Upakarti, Soreang, pada Rabu (18/9/2024).
Penataan ini menghabiskan dana sebesar Rp8,8 miliar yang bersumber dari corporate social responsibility (CSR) Bank bjb, hasil dividen Pemkab Bandung. “Kami berterima kasih kepada Bank bjb atas CSR-nya. Penataan ini penting, meski ada prioritas lain dalam anggaran APBD,” tambah Bupati.
Bupati berharap pelaksanaan penataan dapat cepat diselesaikan sesuai dengan jadwal 120 hari kalender dan peraturan yang berlaku. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Bandung, Zeis Zultaqawa, menyatakan bahwa Panitia Adhoc dibentuk untuk mengelola dana CSR ini, melibatkan DPUTR, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan), serta Perkumpulan Pemuda Kreatif Indonesia (PPKI) sebagai penggagas dan desainer penataan.
Penataan Kawasan Terpadu Lapang Upakarti bertujuan mengembalikan identitas Tugu Upakarti sebagai bentuk penghargaan bagi jasa di bidang usaha kecil dan menengah. Menurut Zeis, penataan juga akan mengoptimalkan fungsi Lapang Upakarti sebagai ruang terbuka hijau publik, serta menyentuh aspek teknologi informasi, ekonomi, sosial, budaya, dan estetika.
“Setelah penataan, Lapang Upakarti diharapkan menjadi lebih representatif sebagai ruang publik, mencerminkan kepedulian Bupati kepada masyarakat,” jelas Zeis.
Konsep penataan mengedepankan elemen alami, mempertahankan tanaman eksisting dan identitas lokal seperti Tugu Upakarti dan gapura. “Desainnya juga ramah disabilitas, berfungsi sebagai sarana belajar, rekreasi, olahraga, dan mendukung UMKM, sekaligus berkontribusi sebagai paru-paru kawasan dan penyedia resapan air,” imbuh Zeis.
(ANNEU)**